Pada awal Tahun 2013 lalu jumlah hutang Indonesia telah menembus level 2.000 Trilyun. Dan sesuai Buku Hutang dari data BI bahwa pada akhir November tahun 2013 hutang Indonesia mencapai 260,335 Juta DollarAS atau dengan kurs Rp. 12.000 maka setara dengan Rp. 3.124,02 Trilyun. Hutang-hutang ini juga akan bertambah besar mengingat defisit APBN 2014 yang mencapai Rp 224,2 triliun. Oleh karena itu tidak berlebihan jika tahun 2014 ini diperkirakan hutang Indonesia akan menembus level 3.500 Trilyun Rupiah.
Dalam Buku Statistik dinyatakan bahwa Utang luar negeri didefinisikan sebagai utang penduduk (resident) yang berdomisili di suatu wilayah teritori ekonomi kepada bukan penduduk (non resident). Konsep dan terminologi utang luar negeri ini mengacu pada IMF’s External Debt Statistics: Guide for compilers and Users (2003). Untuk itu dapat diarikan bahwa hutang Indonesia adalah hutang rakyat Indonesia sehingga kita beri judul Hutang negeriku hutang anak bangsa.
Oleh karena Jika ini yang terjadi, maka dengan jumlah penduduk sebanyak lebih kurang 240 juta jiwa, maka hutang masing-masing anak bangsa Indonesia menanggung hutang sebesar lebih dari Rp. 14.385.000,-. Bahkan tidak salah jika ada pendapat yang menyatakan bahwa setiap bayi yang lahir sudah menanggung beban hutang 13 juta rupiah.
Dapat di sampaikan bahwa hutang tersebut adalah akumulasi dari hutang yang terdiri dari 3 kelompok yaitu pemerintah, Bank Indonesia dan swasta. Hutang tersebut juga diperoleh dari 21 negara/kelompok negara dengan 4 negara pemberi pinjaman terbesar adalah Singapura, Amerika Serikat, Jepang dan Belanda. Sedangkan 3 bentuk mata uang pinjaman terbesar dalam bentuk US$, Yen Jepang, Rupiah. Sedangkan 3 Organisasi internasional pemberi pinjaman terbesar adalah IBRD, ADB dan IMF. Dimana 82% pinjaman tersebut adalah pinjaman jangka panjang sedangkan 18%nya pinjaman jangka pendek di bawah 1 Tahun.
Masih Amankah Hutang Indonesia ? Sumber dari BI dan Kementerian Keuangan menyatakan bahwa hutang Indonesia masih dalam posisi aman, berada dibawah 40% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini masih lebih rendah dibandingkan dengan negara tentangga lainnya seperti Malaysia dimana pinjaman mencapai 47% dari PDBnya. Namun dengan penggunaan tolok ukur ini menurut Cara Indonesia Bangkit kurang tepat dan tidak sepenuhnya dapat diterima karena perekonomian Indonesia masih didominasi oleh luar negeri. Berbeda halnya dengan Malaysia yang lebih memberikan porsi dan proteksi pada pengusaha lokal dalam mengelola perekonomian negaranya.
Bahkan jika tolok ukurnya kita ganti dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) 2012 yang dirilis BPS sekitar 32 Juta Rupiah/perkapita atas harga berlaku dan 10 Juta Rupiah/kapita atas harga konstan tahun 2000 tidak menggambarkan itu kondisi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Dimana menurut Sofyan Wanadi Ketua Apindo pada acara Indonesia Investor Forum 3 yang dimuat okezone.com bahwa 100 Juta masyarakat Indonesia berpenghasilan dibawah 24 ribu rupiah/hari dan 30 juta diantara berpenghasilan dibawah 12 ribu rupiah/hari. Kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan kondisi riil masyarakat yang ada disekitar kita yang kian hari semakin memperbesar jurang antara miskin dan kaya.
Terlepas dari aman atau tidak amannya hutang Indonesia. Bahwa dengan besarnya ketergantungan APBN pada hutang Luar negeri akan memberikan dampak kurang baik yaitu antara lain :
- Rendahnya Psikologis atau kepercayaan diri bangsa terhadap negara pemberi pinjaman.
- Memperbesar biaya keluar untuk hal yang tidak produktif baik melalui pembayaran bunga pinjaman maupun peluang aliran korupsi.
- Kurang memberikan pelajaran untuk lebih efektif dan efsien dalam mengelola anggaran
- Kurang memacu semangat untuk memaksimalkan penerimaan dan pemasukan negara.
- Utang baru akan menimbulkan biaya ekonomi baru yang tentunya menjadi beban baru.
Masa Depan Hutang Indonesia. Ditahun 2014 yang kita sebut sebagai tahun politik, gaung hutang sepertinya jauh dari pembicaraaan. Jika hal ini tidak menjadi janji atau kontrak politik oleh para capres bukan tidak mungkin hutang Indonesia akan semakin menggunung. Padahal jika ada Capres yang berani menyatakan untuk mengurangi Hutang Negara, maka dapat diyakini bahwa dia adalah sosok orang yang mampu mensyukuri potensi yang dimiliki negara ini sehingga akan mendorong pemerintahan yang dipimpinnya untuk memaksimalkan pendapatan negara sekaligus mengelola anggaran dengan efektif dan efisien. Semoga ada tokoh Capres yang berani melakukan hal ini sebelum akhirnya negara ini terpaksa melakukan shutdown seperti yang dilakukan Obama di Amerika. Jika saat ini dimulai tentu cukup dengan restart pada poin-poin tertentu untuk membangkit Indonesia tercinta.
0 Response to "3500 T Hutang Negeriku Hutang Anak Bangsa"
Posting Komentar