Memasyarakatkan Bhineka Tunggal Ika, menghapus Pluralisme demi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa
Sejak jatuhnya orde baru pada tahun 1998, kita memasuki era baru yang kita sebut reformasi. Dalam era ini negeri seperti terbuai dengan aroma kebebasan yang kebablasan. Atas nama hak azasi manusia (HAM) menjadi alasan untuk mendzalimi hak azasi orang lain. Atas nama demokrasi menjadi alasan untuk merusak kedaulatan rakyat. Atas nama pluralisme justeru merusak Bhineka tunggal ika pancasila.
Pluralisme menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dng sistem sosial dan politiknya). sedangkan bhineka tunggal ika terdiri tiga kata sebagai satu kesatuan, yaitu bhineka (beranekaragam, majemuk atau berbeda-beda), tunggal (satu) dan Ika (itu). Diterjemahkan Bihineka tunggal ika secara satu kesatuan berarti berbeda-beda tapi satu, beraneka ragama namun satu juga atau kemajemukan yang dipersatukan. Sehingga secara bahasa Pluralisme hanya mewakili satu kata yakni Bhineka dengan mengabaikan Tunggal Ika.
Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang. Beranekaragam suku, agama, ras, antar golongan namun satu dalam tanah air, bangsa dan bahasa. Semboyan bhineka tunggal ika terletak dalam pita dalam cengkeraman burung garuda dengan perisai pancasila. Hal ini bermakna bahwa Pancasila berdiri untuk mempersatukan kemajemukan, perbedaan dan keragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia untuk tetap berjalan bersama dengan penuh kerukunan.
Sedangkan pluralisme adalah paham kemajemukan, perbedaan-perbedaan. Dari segi kata pluralisme termasuk ambigu (wikipedia). Namun penganut dalam sosial mengartikannya sebagai sebuah kerangka interaksi beberapa kelompok yang menunjukan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Pluralisme merupakan paham yang diambil dari paham yang dikembangkan dibarat.
Dalam perjalanannya paham pluralisme membiarkan masing-masing perbedaan untuk saling bersaing hingga muncul pemenang. Sehingga tidak heran jika sering kali meninggalkan salah satu unsur kemajemukan yang ada. Kita dapat melihat bagaimana tersisihnya suku asli suatu daerah seperti suku indian di amerika, suku aborigin di australia. Begitu juga di Indonesia, hal ini sudah mulai kita rasakan bagaimana isu sukuisme dan kedaerahan berkembang di era reformasi begitu mengemuka. Jika hal ini terus kita biarkan akan terus terjadi pertarungan antar unsur tersebut.
Oleh karena itu Bhineka Tunggal Ika adalah harga yang tidak dapat ditawar lagi untuk NKRI. Namun yang menjadi catatan jangan sampai kita mengulangi sejarah orde lama dan orde baru dalam melaksanakan bhineka tunggal ika untuk kelanggengan kekuasaan yang akhirnya membentuk karaktek rezim otoriter. Tugas kita untuk membentuk kesepakatan bersama tentang titik tengah diantara kemajemukan masyarakat Indonesia. Tugas para akademisi, peneliti untuk mencari titik temu ini sebagai dasar berjalannya kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat di tanah air indonesia. Untuk itu cara Indonesia Bangkit mengajak kita masyarakat Indonesia secara keseluruhan untuk Memasyarakatkan Bhineka Tunggal Ika, menghapus Pluralisme demi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
0 Response to "Memasyarakatkan Bhineka Tunggal Ika, menghapus Pluralisme "
Posting Komentar