Pagi-pagi kog sudah bicara ngidam,..
seperti yang lagi hamil saja, yach.. memang sepertinya sudah layak disebut ngidam, karena biasanya orang kalau lagi ngidam biasanya langka dan sulit dicari. Dan terkadang gak bisa ditunda, karena biasanya ngidam itu permintaan dari dalam atau bawaan janin. atau Apakah Anda pernah punya pengalaman dengan kata mengidam? Jika ada, boleh sambil dishare di komentar!
Namun disini mengidam yang dimaksud adalah tentang Media Massa Independen Bebas Bertanggung Jawab. Kenapa, kog bisa..! tentu Karena Media massa yang demikian menjadi barang langka.
Hal ini dari 3 Era yang telah dialami Indonesia, baik Orde Lama, Orde Baru, hingga Era Reformasi yang sedang kita jalani saat ini. Media Massa Independen Bebas Bertanggung Jawab menjadi barang langka dan sulit dicari.
Di zaman orde lama, ya sudah jelas media massa tidak sebanyak seperti saat ini. Pers sendiri menjadi corong pemerintah atau partai untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Otomatis Media Massa Independen Bebas Bertanggung Jawab menjadi barang langka. Dengan pertimbangan bahwa ada norma yang harus dipatuhi untuk persatuan dan kesatuan bangsa, maka kebebasan Pers dan berpendapat harus dilakukan secara bertanggung jawab untuk kepentingan Negara.
Pada masa Orde Baru Media Massa Independen Bebas Bertanggung Jawab masih menjadi barang langka, walaupun pada awal Orde Baru sempat mencicipi alam kebebasan. Namun sejak kejadian Malari Tahun 1974, Pers kembali lagi mengalami ancaman pembredelan. Di Zaman ini kita dekat sekali dengan Televisi persatuan yakni TVRI dengan semboyannya "TVRI Menjalin Persatuan dan Kesatuan". Surat kabar atau koran harus mengikuti arus pemerintah, jika tidak tentu penutupan media menjadi jawabannya.
Terakhir di zaman yang sedang kita alami saat ini, yakni Era Reformasi dimana demokrasi dan kebebasan seperti menjadi ikon baru. Pada Era reformasi ini sepertinya Media Massa Independen Bebas Bertanggung Jawab juga masih menjadi barang langka. Memang kebebasan Pers dan berpendapat mungkin tidak perlu dipertanyakan lagi, Era reformasi memang zamannya kebebasan. Namun sebagian media massa memang dihidupi oleh kelompok kepentingan dan terkadang mengabaikan tanggung jawabnya terhadap kepentingan Negara, sehingga Media massa yang independen dan bertanggung menjadi barang langka.
Hingga tidak jarang kita saat ini kita mengenal ada istilah spin doctor yang beberapa waktu pernah diwawancarai Nadjwa melalui Mata Nadjwa yang terungkap bahwa spin doctor dikenal dengan nama tukang cuci citra berbayar melalui propanganda dan kampanye yang telah disepakati dengan pihak yang membayar. Mudah-mudahan Citra media massa tidak mengarah kepada spin doctor.
Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada media massa ditengah tuntutan zaman dan situasi yang tidak pasti ini masih mengedepankan antara lain :
- independensi medianya tanpa intervensi pihak lain
- bebas menyampaikan informasi seluas-luasnya sehingga masyarakat dapat menjadi lebih cerdas serta
- tetap mengemban tanggung jawab media masa sebagai garda terdepan dalam memperbaiki dan menyelamatkan negeri ini.
Ketiga hal ini menjadi menjadi hal pokok dalam mewujudkan Indonesia baru dengan berubah dan bangkit.
Untuk kita sesama anak bangsa kiranya kita dapat mengambil peran memilih dan memilah informasi yang baik dan berguna untuk masa depan negeri ini. Ketika opini atau pendapat media massa tidak diikuti dengan berita secara berimbang antara pro kontra, kita dapat berlaku bijak dan cerdas.
Semoga mimpi, harapan dan cita-cita kita tentang kebangkitan Indonesia bukan hanya sebatas hayalan. semoga Anda selalu diberikan kesehatan, kesuksesan dan kebahagian selalu
0 Response to "Mengidam Media Massa Independen Bebas Bertanggung Jawab"
Posting Komentar