Pesan untuk Pemimpin Non Muslim

Pesan ini memang ditujukan untuk Pemimpin Non Muslim. Tidak usah alergi untuk indonesia kita bersama. Bagi sebagian orang mungkin isu ini cukup sensitif. Namun demi indonesia bangkit, hal yang mungkin dianggap kecil atau sepele ini, perlu jadi perhatian kita bersama. Kita harus mulai berubah dan berani memperbaiki diri dari hal yang kecil. Pinjam bahasa Presiden Jokowi bahwa kita perlu merevolusi mental.

Apa rupanya hal kecil yang perlu diperbaiki itu?

Hal ini terkait ucapan salam oleh Pemimpin non muslim dalam acara, kegiatan dan sebagainya. Anda tentu pernah mendengar tatkala mengawali pidatonya seorang pemimpin non muslim mengucapkan salam pembuka dengan ucapan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh. Kadang kita terkejut karena begitu fasih dan pas pengucapannya, padahal diketahui beliau bukan muslim. 


Mari coba kita tanya tentang kebiasaan ini kepada teman-teman sesuai agamanya masing-masing!

Pertama muslim: Bagaimana pandangan/respon Anda jika seorang pemimpin non muslim mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh sebelum berpidato?

Kedua Protestan: Bagaimana pandangan/respon Anda jika seorang pemimpin seagama Anda mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh sebelum berpidato?

Ketiga Khatolik: Bagaimana pandangan/respon Anda jika seorang pemimpin seagama Anda mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh sebelum berpidato?

Keempat Hindu: Bagaimana pandangan/respon Anda jika seorang pemimpin seagama Anda mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh sebelum berpidato?

Kelima budha: Bagaimana pandangan/respon Anda jika seorang pemimpin seagama Anda mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh sebelum berpidato?

Keenam Konghuchu: Bagaimana pandangan/respon Anda jika seorang pemimpin seagama Anda mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh sebelum berpidato?

Ketujuh aliran kepercayaan: Bagaimana pandangan/respon Anda jika seorang pemimpin non muslim mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh sebelum berpidato?



Mungkin beragam pandangan dan respon yang muncul? Tergantung keyakinan kita dan cara pandang kita masing-masing. 

Pada kesempatan ini saya mengajak kita berdiskusi dari sudut pandang Islam terkait membalas ucapan pemimpin non muslim mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh semisal saat mengawali berpidato.

Setidaknya ada tiga respon umat islam ketika anda pemimpin non muslim mengucapkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh.
  1. Karena menghargai anda, sebagian umat islam akan membalas dengan mengucapkan Waalaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh.
  2. Karena dianggap mempermainkan agama, sebagian umat islam akan membalas dengan mendoakan keburukan dengan ucapan waalaikum sam
  3. Karena menganggap tidak bermanfaat, sebagiannya lagi tidak membalas dengan ucapan apapun.
  4. Ada juga mungkin hanya mengucapkan alaikum sebagai terdapat dalam hadits

Terkait ketiga respon umat Islam tersebut, anda tidak perlu marah jika respon saudara/i muslim memilih mendoakan keburukan bagi anda atau hanya diam saja. Itulah beragam pandangan terhadap salam yang anda sampaikan. Tidak jarang di sosmed saling berdebat terkait hal ini. 

Terkait hal ini, selama ini saya lebih memilih untuk melakukan poin ketiga, yakni diam saat anda mengucapkan salam dengan catatan suatu saat akan saya berikan pesan untuk kebaikan bersama. Inilah yang saya lakukan hari ini.

Bisa jadi memang ucapan salam yang Anda lakukan adalah untuk menghargai atau menghormati umat Islam yang hadir. Namun perlukah penghargaan dan penghormatan seperti itu dilakukan? 

Mungkin Anda mengikuti pepatah masuk kandang harimau mengaum, masuk kandang kambing harus mengembik. Sekilas kita setuju dengan pepatah ini bahwa kita harus dapat beradaptasi dan menghormati dengan lingkungan dimana kita berada. Masuk kandang kambing mengembik bukan berarti kita harus jadi kambing. Menghargai umat Islam bukan berarti harus jadi bunglon. Untuk menghargai umat Islam juga bukan berarti anda harus mengorbankan agama keyakinan anda. 

Untuk menghargai umat Islam bukan berarti fasih mengucapkan assalamualaikum. Menghormati umat Islam bisa dengan :
  1. Memberikan kesempatan kepada anggota/karyawan anda yang muslim untuk sholat ashar atau dhuha dan atau sholat lainnya. Jika memang tidak ada jam istirahat yang sesuai waktu sholat tersebut, kiranya penambahan jam kerja. Umat islam yang sholat tentu gak akan keberatan karena penambahan waktu untuk menutup waktu yang terpakai untuk sholat tersebut.
  2. Menghentikan sejenak rapat atau mempersilahkan karyawan yang islam saja untuk sholat jika memang waktu sholat sudah datang bersamaan dengan waktu rapat.
  3. Tidak mengajak karyawan atau anggotanya yang justeru membuat dia harus terpaksa  harus meninggalkan ibadah dan sholatnya.
Bentuk penghargaan dan penghormatan seperti ini menurut saya jauh lebih mulia dari sekedar anda mengucapkan assalamualaikum. 

Disamping itu ada efek samping kurang baik karena Anda mengucapkan salam assalamualaikum yaitu :
  1. Mengucapkan assalamulaikum dapat meruntuhkan keimanan Anda karena arti Assalamualaikum adalah semoga Allah. Sementara Anda tidak meyakini Allah. 
  2. Mengucapkan salam dapat menyebabkan anda justeru diidoakan keburrukan atau didiamkan
  3. Ucapan assalamualaikum justeru menimbulkan kegaduhan di umat Islam sendiri yakni terkait cara membalas ucapan anda.

Lalu pertanyaan kita selanjutnya kepada Anda, apakah ada kewajiban bagi Anda untuk mengucapkan assalamualaikum?

Jika ada hukum agama atau aturan negara yg memerintahkan utk mengucapkan salam assalamualaikum , mari kita berdiskusi. Jika hanya karena alasan untuk menghargai atau hanya ikut-ikutan, alangkah baiknya jika hal ini kita rubah. Disini membuka ruang untuk diskusi, bagaimana juga jika ada pemimpin yang beragama islam menggunakan salam agama atau kepercayaan yang lain? Ini perlu agar ada keseimbangan sebagai sesama bangsa indonesia sebagai negara yang beragama dengan Ketuhanan YME.

Seorang pemimpin, terutama seorang pejabat negara tentu diatur dengan protokol. Ada aturan yang dibuat untuk mengatur sikap, ucapan dan prilaku seorang pejabat. Namun apakah protokol juga memuat bahwa setiap pejabat harus mengucapkan Assalamualaikum sebelum berpidato? Apakah asalamualaikum diwajibkan juga bagi pejabat yang non muslim? Kalaupun memang ada aturan tentang salam sebelum pidato, apakah tidak boleh kita merubahnya? Apalagi kalau tidak atau belum ada aturan tentang salam sebelum pidato, ayo kita rumuskan bersama? 

aturan tentang salam sebelum pidato diadakan untuk kebaikan bersama, sebagaimana telah diuraikan diatas. Aturan salam sebelum pidato juga buat kita gak bosan dengan pidato yang habis nyampaikan salam yang kepanjangan. Kalau sekarang mungkin baru beberapa agama yang salamnya dipakaipakai salam pembuka pidato, namun kebayang gak, jika semua agama salam pembuka harus digunakan.

cara indonesia bangkit Pesan untuk Pemimpin Non Muslim

Sebagai sumbang saran dalam tulisan ini, mudah2an Pak Presiden Jokowi dapat memulai revolusi mental ini dengan pembakuan salam pembuka pidato bagi pejabat negara. 

Alternatif salam pembuka pidato adalah pertama salam sesuai agamanya pembicara dan yang kedua salam nasional untuk semua audience. Cukup dua salam itu saja gak ribet-ribet.

Kalau dia Islam cukup assalamualaikum, kalau dia kristen cukup sallom dan seterusnya.

Lalu untuk ucapan pembuka yang nasional, bisa dirumuskan bersama. Bisa hanya Salam sejahtera untuk kita semua,atau salam revolusi mental, salam semangat indonesia, atau selamat pagi, siang, sore malam. Untuk memasyarakatkannya gak perlu mahal, cukup dengan contoh yang dilakukan pejabat negara melalui peraturan.

Dan kalau untuk didaerah atau event lokal, dapat ditambahkan salam pembuka yang mencirikan adat kebiasaan lokal atau daerah. Misal dijawa ada kulonuwun, horas ada di batak, yahobu di nias, dan masih banyak lainnya.

Jadi paling banyak salam sebelum pidato itu paling banyak 3 saja, yaitu

Pertama salam pembuka sesuai agama dan kepercayaan pembicara

Kedua salam pembuka sesuai kesepakatan nasional

Ketiga salam sesuai adat lokal atau daerah tempat pertemuan dilakukan.

Kegiatan ini ini kecil namun jika dilakukan maka akan besar pengaruhnya terhadap masa depan Indonesia. Kita akan mulai belajar konsisten dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing. Dan akan muncul dialog lanjutan yang lebih konkrit untuk kemajuan Bangsa. Disamping itu kita juga mengakui ada keragaman adat budaya yang dibungkus dengan persatuan bangsa tanpa meninggalkan keimanan dan taqwa kita.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pesan untuk Pemimpin Non Muslim"